Pages

Monday 16 September 2013

prestasi orang Indonesia didunia internasional

  
   Keberhasilan pelajar Indonesia meraih prestasi di bidang ilmu pengetahuan di tingkat internasional menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa pemuda Indonesia tidak hanya mampu bersaing, tapi juga menunjukkan prestasi yang luar biasa di dunia internasional. berikut beberapa prestasi orang indonesia.

1. sang Penemu teknologi 4G ternyata adalah orang Indonesia. Seperti dikutip dari Bisnis.com, alumni Teknik Elektro ITB dengan predikat cum laude pada tahun 2000, Khoirul Anwar adalah penemu teknologi tersebut. Tidak hanya menemukan, ia juga pemilik paten 4G.
Untuk diketahui, Khoirul juga lulusan Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor pada 2008. Ia juga penerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di California.
Masih dari tulisan Bisnis.com, penemuan teknologi 4G berbasis OFDM diawalinya dengan ide mengurangi daya transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data. Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi meningkat.
Pada paten keduanya, Khoirul Anwar kembali membuat dunia kagum, kali ini adalah menghapus sama sekali guard interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan, alih-alih menambah kecepatan.
Namun, anak Indonesia asli asal Kediri ini mengkompensasi risiko tersebut dengan mengembangkan algoritma khusus di laboratorium, hasilnya interferensi tersebut dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.
Asisten Professor di JAIST ini masih terus mengasah kemampuannya. Meski berprestasi cemerlang di Jepang, Khoirul Anwar menyimpan keinginan untuk kembali ke Indonesia jika telah menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidang telekomunikasi.
2.  Penemuan Pesawat Terbang dengan Two-Man Cockpit| Garuda Indonesian Airways A300 Pesawat Dua Cockpit Pertama di Dunia
Dulu, satu unit pesawat terbang harus dinavigasi oleh 3 sampai 4 orang pilot dan co-pilot. Namun, sejak adanya penemuan penyederhanaan cockpit, pesawat terbang  hanya perlu dipiloti oleh dua orang saja.
Wiweko Soepono dan Airbus A300-B4
Wiweko Soepono dan Pesawat Airbus A300-B4 | Foto : Infogue.com
Adalah Wiweko Soepono yang dikenal sebagai penemu pesawat komersil  two-man cockpit yang diterapkan pabrik Airbus Industrie. Pesawat pertama kokpit dua awak (crew) adalah Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit), cikal bakal pesawat glass cockpit berawak dua yang digunakan hingga sekarang.
Mengutip tulisan Wikipedia.Org, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur pada 18 Januari 1923 dan meninggal di Jakarta, 8 September 2000 pada umur 77 tahun ini dulunya adalah direktur utama Garuda Indonesia pada periode 1968-1984. Pesawat pertama kokpit dua awak (crew) di dunia adalah Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit).
Dalam perjalanannya sebagai direktur utama Garuda Indonesia, Wiweko sering menerbangkan pesawat armadanya sendiri. Pengalamannya menerbangkan pesawat mesin ganda baling-baling Beechcraft Super H-18 Desember 1965 trans-Pasifik seorang diri dari pabrik Beechcraft di Wichita (Kansas) via Oakland, Amerika Serikat (7 Desember) ke Jakarta sehingga Wiweko mengusulkan agar pesawat Super H-18 mempergunakan sistem intergrity untuk one pilot operation dan diterima oleh perusahaan Beechcraft.
Pengalaman inilah yang membuat dirinya bersama staf Airbus Industrie, eksekutif perusahaan Roger Beteille, pilot uji Pierre Baud, serta staf lainnya membuat konsep penerbangan dengan dua awak pesawat. Konsep ini dibuat setelah uji coba dengan pesawat Airbus Airbus A-300B-4 memperlihatkan peran flight engineer yang tidak terlalu banyak. Dengan mengeliminir flight engineer dan mengubah setting layout cockpit pesawat, maka diperoleh konsep FFCC (Forward Facing Crew Cockpit) yang memungkinkan pesawat kelas jumbo hanya diterbangkan oleh dua awak pesawat.
Konsep FFCC sangat ditentang pada saat itu, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun kini konsep itu disempurnakan menjadi glass cockpit yang menjadi standar untuk pesawat sipil. Boeing yang semula menentang akhirnya menggunakan teknologi ini pada pesawat Boeing 747 400 dan Boeing 777. Nama glass cockpit juga dikenal sebagai Garuda cockpit yang sebelumnya dinamakan Wiweko cockpit.
Garuda Indonesia tercatat mengoperasikan 9 pesawat jenis ini (A 300 B4 FFCC), salah satunya jatuh di Sibolangit, Sumatera Utara pada tahun 1997. Pada akhirnya untuk menyehatkan keuangan perusahaan (dan mengikuti perkembangan teknologi), pesawat ini kemudian dijual untuk menyehatkan perusahaan meskipun menurut R.J. Salatun, setidaknya ada salah satu yang dijadikan museum.

0 komentar: